TUGAS
MATA KULIAH
PENELITIAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KELAS :TP.
B
DOSEN
PENGAMPU
Dr. INDRATI
KUSUMANINGRUM,M.Pd
Oleh
HAMIDAH
NIM:1109845
FAKULTAS
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
RIAU KERJASAMA UNP
TAHUN 2012
PENGARUH PENERAPAN
MODEL PEMBEMBELAJARAN
TEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS I SD
NEGERI 028 KERITANG
Oleh
HAMIDAH
NIM : 1109845
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU (UR)
KERJASAMA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan suyukur penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayahNya sehimgga penulis
dapat menyelesaikan proposal tesis yang berjudul “ Pengaruh Pendekatan
Penerapan Model Pembelajaran Tematik dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar siswa SD Negeri 028 Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. Sholawat dan
salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan kita dapat safaat dari beliau.
Penulis
menyadari dan merasakan sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan proposal tesis ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
bapak dosen yang selalu memberikan motivasi kepada penulis mulai dari awal
hingga sampai ahir.
Kepada
rekan-rekan mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNP atas
segala bantuan dan kerjasama sejak mengikuti studi sampai menyelesaikan
proposal ini.
Semoga
amal baik bapak ibu dan rekan-rekan berikan kepada penulis demi kelancaran
proposal ini, mendapat balasan karunia rahmat dari Allah SWT. Terakhir Semoga
proposal tesis ini dapatmemberikan manfaat dan kontribusi dan bagi pengembang
dalam proses pembeljaran demi tercapainya tujuan pendidiikan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar bBelakang Masalah
Pendidikan di sekolah dasar merupakan hasil
perkembangan kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang,dimana peserta didik
mulai dilatih untuk mengenal diri dan lingkungannya.Pada jenjang pendidikan
ini, proses pembelajaran beroreantasi pada pengembangan motivasi pesreta didik,
sehingga mereka diharapkanakan berpandangan bahwa belajar merupakan suatu
kebutuhan untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya kelak (Soetarno
Joyoatmojo. 2003).Dalam rangka mengembangkan motivasi belajar peserta didik,
salah satu upaya yang harus dilakukan guru degan mengembangkan strategi
pembelajaran yang memacu peserta didik untuk belajar secara aktif, inopatif,
kreatif, efektif, dan menarik (Paikem).
Dalam rangka mengembangkan Paikem,
pendekatan pembelajaran dewasa inin dianjurkan para pakar pendidikan adalah
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik, terutama pada kelas-kelas
rendah, yaitu kelas 1, 2, dan kelas 3. Pendekatan pembelajaran tematik diyakini
sebagai pendekatan beroreantasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Pembelajaran tematik akan membantu menciptakan kesempatan yang
luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling
berkaitan.Dengan demikian pembelajaran tematik memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memahami masalah yang komplek dengan cara pandang yang utuh.Dengan
pembelajaran tematik ini diharapkan siswa memiliki kemampuan, mengidentipikasi,
mengumpulkan, menilai, dan menggunakan impormasi yang ada di sekitarnya secara
bermakna.
Dewasa ini, penerapan pembelajaran tematik
telah dilakukan secara luas di seluruh Indonesia, akan tetapi berdasarkan
pengalaman pribadi dan rekan-rekan ,diperoleh gambaran bahwa penerapan
pendekatan pembelajaran ini belum seperti yang seharusnya, misalnya dalam
pembelajaran IPA. Gambaran ini diperoleh berdasarkan kenyataan bahwa indeks
ketuntasan belajar siswa maupun ketuntasan materi pelajaran yang dicapai selama
ini masih rendah.Dalam kurun waktu tahun pelajaran 2011, pencapaian hasil
pembelajara IPA di kelas I SD hanya berkisar pada angka ketuntasan 50% dari
yang diharapkan sebesar 70%.
Rendahnya ketuntasan materi pelajaran
,disebabkan karena pendekatan pembelajaran tematik belum diterapkan secara
maksimal seperti yang diharapkan. Hal tersebut karena kurangnya reperensi
tentang panduan praktis pengembangan pendekatan pembelajaran tematik, terutama
pengembangan perangkat pembelajaran maupun teknis pelaksanaan pembelajaran tematik itu sendiri, sehingga
guru Sekolah Dasar termasuk penulis sendiri merasa kesulitan untuk menerapkan
pendekatan pembelajaran tematik.
B. Identipikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang
yang telah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentipikasi masalah
sebagai berikut:
1.Penerapan
pembelajaran tematik yang dilaksanakan selama ini masih belum memberikan hasil
yang memuaskan.
2.Pembelajaran tematik yang dilaksanakan masih cendrung
terpaku pada stategi (metode)
pembelajaran kompensional , di mana kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh
guru (Teacher Centered).
3.Masih minimnya reperensi tentang
panduan praktis pengembangan pembelajaran tematik, baik untuk pengembangan
perangkat pembelajaran , maupun teknis pelaksanaan pembelajaran dikelas.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identipikasi masalah, permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada aspek pengembangan program
pembelajaran dengan pendekatan tematik dengan penilaian efektipitas pada
pembelajaran IPA di kelas I SD Negeri 028 Keritang.
Sehubungan
dengan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk mengembangkan penerapan pendekatan tematik yang efektif dan
efesien melalui penelitian yang seksama guna meningkatkan kuaalitas
penbelajaran yang dilaksanakan. Judul yang diajukan dalam penelitian ini
adalah “ Pengaruh Penerapan Pendekatan
Model Pembelajaran Tematik dan Motivasi
Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas I SD Negeri 028 Keritang.
D. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumusksn
sebagai berikut: “Bagaimana pola pengembangan
perangkat pembelajaran, media, dan strategi pelaksanaan pendekatan
tematik yang efektif untuk pembelajaran IPA di kelas I SD Negeri 028
Keritang?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini memperoleh gambaran yang jelas tentang strategi penerapan
pendekatan pembelajaran tematik, yang meliputi pengembangan perangkat
pembelajaran dan strategi penyajiannya dalam mata pelajaran IPA di SD Negeri
028 Keritang.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. Siswa, dapat meningkatkan hasil
belajar .
2.Bagi peneliti sendiri, untuk meningkatkan kemampuan dalan
menerapkan pendekatan pembelajaran tematik yang efektif dan efesien, khususnya
dalam mata pelajaran IPA di kelas SD Negeri 028 Keritang.
3..Bagi rekan-rekan
sejawat, diharapkan dapat menjadi rujukan tentang teknis pengembangan penerapan
pembelajaran tematik.
4.Bagi kepala sekolah , sebagai
bahan masukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SD Negeri 028 Keritang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pendekatan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga
landasan, yaitu landasan filosopis, psikologis dan yuridis.
Menurut
Rusman (2011:255)landasan filosofisnya
yaitu, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran
filsafat berikut: (1)progresivime, (2)
konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses
pembelajaran perlu ditekankan pada kreativitas
pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran
konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct eksperiences) sebagai
kunci dalam pembelajaran. Dalam hal ini isi atau materi pembelajaran perlu
dihubungkan dengan pengalaman siswa secara langsung. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mrenkonstruksi pengetahuan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman
dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransper begitu saja dari seorang
guru kapada siswa, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing
siswa. Aliran humanism melihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya,
potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Rusman (2011:256) menyatakan
implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a) pembelajaran
selain bersipat klasikal, juga bersipat individual, (b) pengakuan adanya siswa
yang lambat (slow learner) dan siswa yang cepat, (c) penyikapan hal-hal
yang unik dari diri siswa baik yang
menyangkut faktor personal/individu maupun yang menyangkut faktor lingkungan
sosial.
Landasan
psikologis terutama berkaitan dengan psikologis
perkembangan perkebangan peserta didik dan psikologis belajar.psikologis
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi /materi pembelajaran
tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya
sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologis belajar memberikan
konstribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan
bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.Melalui pembelajaran tematik
diharapkan adanya perubahan prilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik,
mental/ intelektual, moral maupun sosial.
Landasan
yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan maupun perturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di
sekolah dasar. Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dinyatakan
bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya (pasal 9). Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Yang
dimaksud dengan tema menurut Depdiknas
(2007:226) adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
.Selanjutnya menurut Kunandar
(2007:311), “Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai
konsep kepada anak didik secara utuh.”
Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi
kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, pembelajaran yang melibatkan beberapa
mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,
aspek kurikulum dam aspek belajar mengajar. Jadi pembelajaran temetik adalah
pembelajaran terpadu yang mnggunakan tema sebagai pemersatu materi yang
terdapat di dalam beberapa mata palajaran yang diberikan dalam satu kali tatap
muka sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Peserta
didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang tlah dipahaminya.
Pendekatan
tematik berangkat dari tiori pembelajaran yang menolak proses latihan/hapalan (driil ) sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak. Tiori pembelajaran ini dimotori oleh
tokoh psikologi Gelstalt termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan kepada konsep belajar sambil
melakukan sesuatu(learning by doing).
Dalam
pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema
yang dipilih dan dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan keterkaitannya denga
mata pelajaran yang lain. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang
harus dikembangkan. Penggunaan tema dimaksudkam sebagai wadah/alat agar anak
mengenal berbagai konsep lebih bermakna, mudah dan jelas.Dalam konteks
pembelajaran di SD tersedia berbagai jenis tema yang dapat dipilih, seperti
diri sendiri, keluarga, lingkungan, transportasi, kesehatan, kebersihan dan
keamanan,hewan dan tumbuh-tumbuhan, pekerjaan gejala alam dan peristiwa,
rekreasi, negara dan alat komunikasi.
Pemilihan
tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a.Kedekatan, artinya
tema hendaknya dipilih mulai dari yang terdekat kepada tema yang semakin jauh
dari kehidupan anak.
b.Kesederhanaan, tema
hendaknya dipilih mulai dari yang mudah sampai kepada yang lebih rumit bagi
anak.
c.Kemenarikan, teme
yang dipilih menarik minat anak.
d.Sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
Pendekatan
pembelajaran tematik memiliki ciri/karekteristik dijelaskan oleh BNSP (2006:7),
sebagai berikut:
a.Berpusat kepada siswa
Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern yang
lebih banyak menempatkan siswa sebagai sujek belajar, aedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai pasilitator, dengan memberi kemudahan-kemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
a.Memberikan
pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung siswa dihadapkan dengan pada
sesuatu yang nyata(konkret) dasar untuk memahami hal yang abstrak.
b.Menyajikan konsep
dari berbagai mata pelajaran
Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
c.Hasil pembelajaran
sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
Siswa diberi kesempatan untuk mengoftimalkan potensi yang
dimilikinya.
d.Menggunakan prinsip
belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Rambu-rambu dalam penerapan pembelajaran tematik sbagai
berikut:
a. Tidak semua mata pelajaran harus
dipadukan
b. Kemungkinan terjadi penggabungan
kompetensi lintas semarter
c. Kompetensi dasar yang tidak
dirintegrasikan dibelajarkan dengan cara tersendiri.
d. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
e. Teme-tema yang dipilih disesuaikan
dengan karekteristik siswa, lingkungan dan daerah setempat. BSNP (2006:8).
Persiapan pelaksanaan pembelajaran tematik
terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (a) Pemetaan kompetensi dasar, (b)
Penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator (c) Penentuan tema, (d)
Identifikasi dan analisis standar kompetensi dilakukan untuk memperoleh
gambaran secara menyeluruh dan utuh,semua standar kompetensi dan kompetensi
dasar,dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi, dan
kompetensi dasar,dari setiap pembelajaran ke dalam iundikator, dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karekteritik peserta didik.
2. Indikator dikembangkan sesuai denga
mata pelajaran
3. Dirumuskan dalam kata kerja
operasional yang terukur dan dapat diamati.
Penentuan tema dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1.Mempelajari
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat pada masing-masing , dilanjutkan dengan
menentukan tema yang sesuai.
2.Menetapkan terlebih
dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari
berbagai mata pelajaran yang cocok dengan tema yang telah ada. Untuk menetukan
tema tersebut guru dapat bekerjasama dengan siswa.
Identifikasi
dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
1)Menetapkan Jaringan Tema
Pembuatan
jaringan tema dilakukan dengan cara menghubungkan kompetensi dasardan indikator dengan tema
pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema,
kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran . Jaringan tema ini
dapat dikembangkan sesuai alokasi waktu yang tersedia untuk setiap tema.
2) Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik
Hasil seluruh
proses-proses yang dilakukan dari tahap-tahap
sebelumnyadijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus
terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman
belajar, alat/sumber, dan penilaian.
3) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Untuk
keperluan pelaksanaan pembelajaran, guru perlu menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP ini
merupakan realisasi yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen
RPP temetik meliputi :
a)Identitas mata
pelajaran yang mana mata pelajaran yang akan dipadukan,kelas,semester,dan waktu/banyaknya
jam pelajaran yang dialokasikan.
a) Kompetensi dasar dan indikator yang
akan dilaksanakan.
b) Materi pokok beserta uraiannya yang
perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
c) Strategi pembelajaran (kegiatan
pembelajaran secara konkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi
denagn materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasi kompetensi dasar
dan indikator. Kegiatan pembelajaran terdiri atas pembukaan, inti dan penutup.
Alat dan media yang digunakan untuk mencapai kompotensi dasar serta sumber
bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran temmatik sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai. Selanjutnya ditentukan penilaian dan
tindak lanjut( prosedur dan instrumen yang akan digunakan) untuk menilai pencapaian belajar peserta
didik serta tindak lanjut hasil penilaian.
B.
Prestasi Hasil Belajar
Menurut W.J.S Purwodarminto (1987:767) prestasi belajar adalah hasil belajar yang
dcapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap
hal-hal yang dikrjakan atau yang dilakukan. Winkel (1996:162), mengatakan bahwa
prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seseoramg siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan
proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami
pengertian prestasi bvelajar secara garis besar harus bertitik tolak pada
belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang
berbeda-beda sesuai pandangan yang mereka anut. Purwanto (1986:2) memberi
pengertian prestasi belajar hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha
belajar sebagai mana yang dinyatakan dalam raport. Sedangkan menurut S.
Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang
dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni aspek koknitif, afektif, dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseoarang belum mampu memenuhi target
dalam ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian , maka dapat
dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki
siswa dalam menerima, menolak dan menilai
impormasi-impormasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar .
Berdasarkan pendapat di atas penulis
berkesimpulan bahwa Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai
menurut kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diprrlukan dari belajar dengan
waktu tertentu. Prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dari
hasil test atau ujian.
C.
Tinjauan Tentang Pelajaran IPA di SD
Carin
(1985)mendepenisiklan IPA ipa sebagai pengetahuan alam melalui pengumpulan data
yang dilakukan dengan observasi dan eksperimen . Sementara itu Hungerfurd dan
Volk (1990)mendepenisikan IPA sebagai (1) proses penguji impormasi yang
diperoleh melalui metode empiris,(2) impormasi yang diberikan oleh suatu proses
yang menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis, dan (3) kombinasi
antara proses berfikir kritis yang menghasilkan produk impormasi yang sahih.
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistimatis dalam bentuk kumpulan konsep,
prinsip, teori dan hukum. IPA dapat dipandang sebagai produk atau ilmu
pengetahuan yang diperoleh metode ilmiah , dan dapat juga dipandang sebagai
proses yaitu sebagai pola berfiratau metode berfikirnya. Sedang sikap yang
dibutuhkan dalam metode ilmiah , berupa sikap ilmiah yang antara lain berupa
hasrat ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, cermat, kritis, tekun,
terbuka, dan penuh tanggung jawab.
Donosepoetro dalam Trianto (2011:137)
mengatakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan
sebagai proses. Secara defenisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan
para saintis , berupa fakta, konsep, prinsip, dan tiori-tiori. Sedangkan IPA
sebagai proses strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam
menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat
dipisahka dari hakikatnya IPA sebagai pros
Siswa SD yang pada umumnya berusia 6-12 tahun, secara
perkembangan komnitiftermasuk dalam tahapan operasional konkrit/ nyata. Siswa
mulai mampu berfikir logis yang elementer, misalnya mengelompokan, merangkaikan
sederetan objek, dan menghubungkan satu dengan yang lainnya. Konsep
reversibilitas mulai berkembang.Pada mulanya bilangan , kemudian panjang luas,
dan volume. Siswa masih berfikir tahap demi tahap tetapi belum dihubungkan satu
dengan yang lain.
Uraian diatas menunjukan bahwa dalam
pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena
keduanya tidaqk dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai pasilitator siswa
dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang
sesuai dengan karekteristik siswa. Ada beberapa pembelajaran prinsip IPA untuk
SD harus diperhatikan oleh guru. Menurut Donosepoetro dalam Trianto (2011:137)
mengenai prisip pembelajaran IPA antara lain :
1.Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui
pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.
2.Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah
terlihat langsung , karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran,
pengetahuan siswa yang diperoleh bdari pengalaman itu perlu doungkap setiap
awal pembelajaran.
3.Pengetahuan pengalaman mereka ini pada
umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan , pengetahuan yang
dimiliki pengetahuan yang miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat
membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.
4. Setiap pengetahuan mengandung fakta,
data, konsep, lambang dan relasi dan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA
mengajak siswa untuk mengelompokan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke
dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.
5.IPA terdiri dari produk dan proses. Guru
perlu menyampaikan konsep ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih
senang menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA
sangat pesat.
D. Kerangka Konseptual
1.Perbedaan Pengaruh Pendekata Pembelajaran
Tematik dan Pembelajaran Kompensional
Perbedaan pembelajaran tematik dengan
pendekatan pembelajaran kompensional dalam pembelajaran menjadi dasar kerangka
berpikir dalam mengembangkan penelitiuan ini.Pembelajaran yang menggunaka
pendekatan kompensional merupakan pembelajaran yang berpusat kepada guru
sehingga merupakan satu-satunya sumber belajar dan penentu jalannya proses
pembeljaran, dalam hal ini model pembelajaran kpmpensional tidak dapat
memberikan akses impormasi belajar yang
luas sehingga siswa tidak dapat berkembang secara mandiri., untuk
mengaktualisasikan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya.Kemampuan
untuk mengeluarkan pendapatpun menjadi sangat minim karena siswa terbiasa
dengan aturan-aturan pembelajaran yang sipatnya hanya mendengar dan mencatat
apa yang diperlukannya.Hal ini membuat kemampuan berkomunikasi siswa tidak
dapat berkembang dengan oftimal.
Pendekatan model
pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang harus mengaitkan beberapa mata
pelajaran menjadi satu dalam proses penyampaian pembelajaran , sehingga siswa
menerima materi pembelajaran tidak hanya terpokus pada satu pengertian saja,
siswa dapat memahami beberapa materi lain yang dalam pembelajarannya ada
keterkaitan satu sama lainnya Melalui pendekatan ini memungkinkan terjadinya
proses pembelajaran yang di dalamnya siswa dapat memahami serta kemampuan
akademiknya dalam berbagai pariasi kontek.
Secara garis besar perbedaan pendekatan
model pembelajaran tematik dengan model pendekatan pembelajaran kompensional
adalah seperti yang tertera pada tabel 3.
Tabel
3. Perbedaan Pendekatan Tematik dan Pendekatan Kompensional
No
|
Pendekatan Tematik
|
Pendekatan Kompensional
|
1
2
3
4
5
6
|
Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
Siswa belajar dari beberapa keterkaitan dari mata pelajaran
Prilaku dibangu atas kesadaran diri
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
Hadiah untuk prilaku baik adalah kepuasan diri
Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia
itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara
memberi arti dan memahami pengalaman
Pembelajaran
terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
|
Siswa adalah penerima impormasi secara pasif
Siswa belajar hanya dengan satu mata pelajaran
Prilaku dibangun atas dasar kebiasaan
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
Hadiah untuk prilaku baik adalah pujian atau nilai raport
Pengetahuan adalah penangkapan serangkaian fakta, konsep,
atau hukum yang ada di luar dari manusia
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
|
Berdasarkjan uraian diatas tentang perbedaan
pembelajaran tematik dendgan pendekatan
pembelajaran kompensional dapat dijadikan kerangka konseptual bahwa pendekatan
bahwa pendekatan tematik memiliki kontribusi terhadap hasil belajar siswa.
2.Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Memiliki Motivasi
(tinggi / rendah ) dalam Pendekatan
Pembelajaran Tematik dan Pendekatan Komvensional
Motivasi
yang dimiliki siswa sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Pendekatan pembelajaran tematik terhadap
siswa yang memiliki motivasi yang tinggi
dapat dengan mudah menguasai matei pelajaran yang sedang dipelajari. Siswa akan mudah
menemukan makna dari proses pembelajarannya Sehingga pada ahirnya dapat
meningkatkan hasil belajar.
Penggunaan
pendekatan pembelajaran tematik meningkatkan dapat meningkatkan pemahaman siswa
berpengetahuan awal rendah. Tahapan-tahapan pembelajaran yang tidak menyulitkan
siswa membuat siswa membuat siswa dengan motivasi siswa rendah bersemangat
dalam belajar. Hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pendekatan
kompensional bagi siswa yang memiliki motivsi tinggi mempunyai pengaruh yang
lebih baik Tetapi bagi siswa Yang motivasi rendah, penggunaan pendekatan
kompensional dapatmenyebabkan siswa pasif di dalam kelas dan hanya mendengarkan
materi yang disampaikan oleh guru tampa ada usaha untuk belajar sendiri,
sehingga prosees pembelajaran tidak memiliki kebermaknaan .
Ditinjau
dari perbedaan yang dikemukakan di atas
dapat diduga penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan meningkatkan kemaknaan proses pembelajaran.
Pendekatan
pembelajaran tematik jika siswa memiliki motivasi tinggi, dan pendekatan
pembelajaran kompensional dapat berjalan dengan baik, jika siswa memahami materi pelajaran yang
diajarkan.
E.Penelitian yang
Relevan
Saleh Haji (2007) meneliti tentang Dampak Penerapan Tematik
Dalam Pembelajaran Matematika. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa
hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan tematik lebih
baik dari pada yang diajarkan deenga menggunakan pembelajaran kompensional.
1. Irmansyah (2010) meneliti tentang
Penggunaan pendekatan Pembelajaran Tematik Dengan Strategi Inquiri Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam, mengemukakan bahwa penggunaan
pendekatan model pembelajaran tematik dengan meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran sains di sekolah dasar.
F.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan tiori dan kerangka pemikiran yang
telah dikemukakan di atas maka dapat
diurmuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1.Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelompok
siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran tematik lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kompensional.
2.Hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelompok siswa yang dengan pengetahuan awal
tinggi yang diajar dengan model pembelajaran tematik lebih tinggi dibanding
dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa dengan pengetahuan awal tinggi
yang diajarkan dengan model pembelajaran kompensional.
3.Hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah
yang diajarkan dengan model pembelajaran tematik lebih tinggi dibanding dengan
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa dengan pengetahuan awal rendah yang
diajarkan dengan model pembelajaran kompensional.
4.Terdapat
interaksi antara model pembelajaran tematik dan model pembelajaran
kompensional.
BAB III
METDOLOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasi
experiment).Metode eksperimen yang mendekati percobaan sesungguhnya. Dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh impormasi yang dapat diperolehdari eksperimenberdasarkan perlakuan
terhadap suatu unit percobaan dalam batas desain yang berbeda dari dua kelompok,
yakni kedua-duanya diberi perlakuan, satu kelompok diberi perlakuan sebagai
kelompok eksperimen,dan satu kelompok diberi perlakuan sebagai kelompok
kontrol.Kelompok eksperimen akan diperoleh impormasi berdasarkan perlakuan
(treatment) terhadap suatu percobaan dalam batas desain yang ditetapkan pada
kelas eksperimen sehingga diperoleh data yang menggambarkan apa yang
diharapkan. Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besarnya
pengaruh pembelajaran dengan strategi pembelajaran tematik dan motivasi
terhadap hasil belajar IPA kelas 1SD Negeri 028 Keritang.
A.Populasi dan Sampel
1.Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa
kelas 1 paralel yang berada di lingkungan Kecamatan Keritang yang berjumlah 52
orang. Populasi dapat dilihat pada tabel I berikut :
Tabel I Jumlah Populasi Ssiswa Kelas I Kecatan keritang.
Sumber :Kantor UPTD Kecamatan Keritang
No
|
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
1
|
1 A
|
25
|
2
|
1 B
|
27
|
Total
|
52
|
1.
Sampel
Sampel penelitian ini terdiri dari terdiri dari dua kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukuan degan
memperbaiki karekteristik hasil belajar dan
kebiasan siswa dalam pembelajaran
dengan lepel yang sama dengan melakukan undian. Sekolah yang dipilih sebagai
sampel untuk penelitian adalah SD Negeri 028 Keritang, yang kelas satunya
terdiri dari dua kelas, yaitu kelas 1A terdiri dari ( 27 siswa ) sebagai
kelompok eksperimen dan kelas 1B terdiri
dari ( 25 orang ) sebagai kelompok kontrol.Untuk mempermudah untuk pengambilan
data dari kedua kelompok yaitu kelas
eksprimen dan kelas kontrol, motivasi belajar siswa dibedakan menjadi
dua kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa dengan
kelompok belajar rendah D. C. Variabel Penelitian :
1. Variabel bebas yaitu pendekatan pembelajaran . Yaiyu ada
dua kategori , yaitu pendekatan
pembelajaran berbasis tematik dan pendekatan pembelajaran kompensional.
2. Variabel kontrol
adalah motivasi siswa yang terdiri dari motivasi siswa tinggi dan motivasi siswa
rendah . Motivasi siswa dijadikan variabel kontrol befungsi untuk mengelompokan
siswa yakni, 50 % untuk siswa untuk kelompok siswa denga motivasi siswa tinggi
dan 50 % untuk kelompok siswa motivasi siswa rendah.Pengelompokan siswa berguna
untuk melihat keefektipan pendekata yang dieksperimenkan. Pendekatan
pembelajaran yang efektif adalah pendekatan yang dapat meningkatakan hasil
belajar siswa, baik siswa kelompok tatas maupun siswa kelompok rendah.
3. Variabel terikat
adalah hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam . Hasil belajar ini diperoleh
setelah mengikuti serangkaian tes hasil belajar, yakni ntes objektif terhadap
materi pembelajaran yang dieksperimenkan .
D. Desain Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi penyajian pembelajaran
dengan menggunakan metode inquiri dan metode kompensional.Desain eksperimen
yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk desain Treatment
By Block sebagai berikut :
Tabel II
kELAS
|
Motivasi Tinggi (B I)
|
Motivasi Rendah B 2)
|
Pendeka(A I)
|
AI BI
|
AI B2
|
Kompensional(A2)
|
A2 BI
|
A2 B2
|
Keterangan :
AI BI = Hasil
belajar melalui pendekatan pembelajaran berbasis tematik untuk siswa memiliki motivasi tinggi.
AI B2 = Hasil
belajar melalui pendekatan pembelajaran berbasis tematik untuk kelompok siswa memiliki motivasi
rendah.
A2 BI = Hasil belJr melalui pendekatan pembelajaran berbasi
kompensional untuk kelompok siswa memiliki motivasi tinggi.
A2 B2 = Hasil belajar melalui pendekatan pembelajaran berbasis
kompensionaluntuk siswa memiliki motivasi rendah.
Perlakuan diberikan sebanyak 8 kali
pertemuan, kemudian diadakan tes hasil belajar untuk melihat kemampuan akhir
siswa. Untuk lebih jelasnya desain perlakuan penelitian dapat dilihat pada
desain di bawah ini :
Tabel
III. Desain Pembelajaran
No
|
Tahap
|
Kegiatan
|
|
Tematik
|
Kompensional
|
||
1
|
Awal
|
Persiapan
Ø Tes pengetahuan awal
Ø Apersepsi
Ø Memotivasi siswa
Ø Menyampaikan tujuan pembelajaran
Ø Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok belajar
Ø Penyajian informasi dan masalah
yang harus dipecahkan siswa berkaitan dengan konteks kehidupan sehari-hari
|
Persiapan
Ø Tes pengetahuan awal
Ø Apersepsi
Ø Memotivasi siswa
Ø Menyampaikan tujuan pembelajaran
Ø Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok belajar
Ø Penyajian informasi sekitar materi
ajar
|
2
|
Inti
|
KBM
Ø Mengajukan beberapa pertanyaan
untuk membimbing dan mendapatkan penjelasan
Ø Perencanaan prestasi hasil
penyelidikan setiap kelompok belajar
Ø Menanggapi prestasi kelompok lain
sebagai evaluasi
|
KBM
Ø Siswa memperhatikan penjelasan guru
Ø sesuai dengan langkah-langkah dan
petunjuk yang ada
Ø Perencanaan prestasi hasil
penyelesaian LKS
Ø Memeriksa hasil kerja siswa dalam
diskusi kelas
|
3
|
Akhir
|
Ø Melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan dan proses-proses yang dilakukan siswa dalam memecahkan
masalah Tes hasil belajar
|
Ø Siswa dengan bimbingan guru membuat
rangkuman / kesimpulan hasil belajar
Ø Tes hasil belajar
|
Prosedur peneliyian yang dilakukan melipui :
1.
Tahap persiapan
Meliputi studi kepustakaan pembuatan proposal, instrumen, penelitian dan
penentuan kelas yang dijadikan tempat pelaksanaan penelitian dan ujui coba
instrumen penelitian .
2.
Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan diawali pelaksanaan tes
awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik untuk kelas eksperimen dan
pembelajaran kompensional untuk kelas kotrol. Pelaksanaan pembelajaran
dilaksanakan oleh guru kelas 1 SD Negeri 028 Keritang . Guru tersebut
melaksanakan pembelajran sesuai dengan silabus dan rencana pelaksnan
pembelajran (RPP) yang telah disiapkan oleh peneliti. Silabus pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat
dilihat pada lampiran, RPP pada lampiran kerja siswa pada pelaksanaan
penelitian diperkirakan mulai pertengahan pebruari Pebruari 2012. Penelitian
ini dilakukan terhadap 25 orang siswa kelas 1 satu Sekolah Dasar untuk kelas eksperimen dan 27 oerang
siswa untuk kelas kontrol.
Guru yang ditetapkan untuk melakukan pembelajaran tematik diberikan
latihan kusus mengenai cara penyajian dan keterampilan-keterampilan yang harus
dimiliki guru. Setelah guru tersebut memahami benar penerapan pendekatan
pembelajaran tematik, selanjutnya ia melakukan eksperimen sebanyak 8 kali
pertemuan, Sedangkan di kelas kontrol pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
kegiatan yang biasa guru lakukan. Pada pertemuan pertama penerapan pembelajaran
berbasis tematik yang dieksperimenkan diawali langsung oleh peneliti untuk
memastikan penguasaan guru. Hasil tatap muka guru dan siswa dievaluasi untuk
membenahi segala kekurangan dan kelemahan penerapan unutuk selanjutnya
dilakukan perbaikan . Langkah-langkah pembelajaran berbasis tematik yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a.Kegiatan
Awal
1.Guru melakukan persepsi dengan
melakukan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa.
2. Setelah persepsi guru memotivasi siswa dengan pertanyaan
yang berhubungan dengan materi dan dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari.
Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan situasi
yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Kegiatan Inti
Dalam
kegiatan inti terdapat langkah-langkah sebagai berikut :
1.Siswa menerima penjelasan dari guru.
2.Melalui tanya jawab guru memberikan bimbingan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan
3. Dalam setiap penjelasan-penjelasan guru siswa mendapatkan pendekatan
dari guru.
c.Kegiatan Akhir
1. Siswa diajak guru
secara bersama-sama untuk melakukan refleksi serta mengevaluasi kegiatan eksperimen atau
penyelidikan yang telah dilakukan dalm rangka memecahkan masalah.
2. Kemudian guru mengajak
siswa untuk menyimpulkan kegiatan penyelidikan dan proses yang telah dilakukan
dalam pemecahan masalah.
Langkah
– langkah pembelajaran berbasis tematik yang sering dilaksanakan oleh guru
sebagai berikut :
a.Kegiatan Awal
1.Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tes awal (free test) yang
bertujuan untuk memantau sejauh mana pengetahuan yanag dimiliki siswa.
2.Setelah apersepsi guru memotivasi siswa
dengan pertanyaan yang berhubungan dengan materi.
3.Setelah itu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
4.Guru menyampaikan informasi
tentang materi yang akan diajarkan.
b.Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti
terdapat langkah-langkah sebagai berikut :
1.Siswa mengerjakan latihan yang diberikan guru yang berisikan pertanyaan
untuk menyelesaikannya.
2.Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai
materi bahan ajar yang disampaikan dalam proses pembelajaran.
3.Guru memeriksa hasil kerja siswa
c.Kegiatan Akhir
1.Siswa diajak guru
secara bersama-sama menyimpulkan, merefleksi dan merangkum hasil belajar.
1. Kemudian guru melakukan tes hasil
belajar.
2.Tahap Akhir
Setelah dilaksanakan penelitian pembelajaran dengan 8 kali pertemuan
dengan pendekatan pembelajaran berbasis tematik pada kelas eksperimen dan
pendekatan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol, maka pada perrtemuan
ke 9 diadakan posttest untuk menguji
penguasaan materi pembelajaran.
F. Teknik Pengumpulan
Data
Untuk mengukur
pengetahuan siswa terhadap materi Ilmu Pengetahuan Alam yang diberikan, baik
dengan menggunakan pendekatan konvensional maupun pendekatan pembelajaran
berbasis tematik, karenanya dilakukan tes. Tes yang diberikan berupa tes hasil
belajar dalam bentuk tes objektif pilihan ganda. Penskoran tes obyektif
berpedoman pada penilaian hasil belajar di SD dari BSNP (2007:25) dengan rumus
:
x 100
Keterangan :
S = Skor
SP = Skor perolehan
SM = Skor maksimal
G. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini digunakan instrumen berupa
tes objektif berbentuk pilihan ganda untuk variabel hasil belajar. Instrumen
tes hasil belajar disusun berdasarkan indikator yang sesuai dengan kompetensi
dasar dari materi yang diajarkan. Sebelum tes diberikan pada siswa seb- agai sampel penelitian maka dilakukan uji
coba. Uji coba ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat validitas dan realiabilitas tes. Validitas dari butir soal
tes disellidiki dengan menggunakan product
moment person.
H. Uji Coba Instrumen
Sebelum
tes diberikan pada siswa sampel penelitian, dilakukan uji coba pada kelas IV
SDN 028 Keritang, kelas yang terpilih sebagai kelas uji coba instrumen. Uji
coba tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas
tes. Validitas tes diselidiki dengan meminta pendapat ahli terhadap butir soal
yang dibuat. Dari 52 siswa diambil 50% dari sampel penelitian untuk menentukan
kelompok siswa bagian yang memiliki motivasi tinggi atas 50% untuk siswa
kelompok bawah yang memiliki motivasi rendah. Suharsimi (2008 : 212) menyatakan
bahwa untuk kelompok kecil (kurang dari 100) seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50%
kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
a.Validitas
1).Validitas
Butir Soal
Dukungan
butir soal terhadap skor total digunakan untuk mengetahui validitas butir soal. Setiap butir soal diuji
validitasnya, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan
dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor
soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dari dukungan
setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga mendapatkan
validitas butir soal dengan menggunakan rumus korelasi.
Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product
moment person.
(Arikunto,
2008 : 75)
Keterangan :
= Skor Item
X = Skor total
Y = Jumlah siswa
Interprestasi untuk besarnya koefisien
korelasi adalah sebagai berikut :
Batasan
|
Kategori
|
0,80 < ≤
1,00
|
Sangat
tinggi (sangat baik)
|
0,60
< ≤ 0,80
|
Tinggi
(baik)
|
0,40
< ≤ 0,60
|
Cukup
(sedang)
|
0,20
< ≤ 0,40
|
Rendah
(kurang)
|
0,00
< ≤
0,20
|
Sangat
rendah (kurang)
|
Tabel VII. Kategori reliabilitas Butir
Soal
|
|
Kemudian ununtuk mengetahui signifikasi
korelasi dilakukan uji-t dengan
rumus berikut :
(Sudjana, 1992 : 380)
Keterangan :
t = Daya pembeda dari uji-t
N = Jumlah siswa
= Koefisien korelasi
2.Daya Pembeda
Daya
pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan rendah. Angka
yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus
untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :
(Arikunto,
2008 : 213)
Keterangan :
J = Jumlah peserta tes
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah
= Banyaknya kelompok
atas yang menjawab benar
= Banyaknya kelompok
bawah yang menjawab benar
= Proporsi kelompok
atas yang menjawab benar
= Proporsi kelompok
bawah yang menjawab benar
Kategori
daya pembeda adalah sebagai berikut :
Tabel
V. Kategori Daya Pembeda
Batasan
|
Kategori
|
0,00 < D ≤ 0,20
|
Jelek
|
0,20
< D ≤ 0,40
|
Cukup
|
0,40
< D ≤ 0,70
|
Baik
|
0,70
< D ≤ 1,00
|
Baik sekali
|
3). Tingkat Kesukaran
Tingkat
kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atas mudahnya suatu soal.
Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks
kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, indeks 1,00
menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P
(proporsi) menurut Arikunto (2008 : 208) dihitung dengan rumus :
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal
itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kalsifikasi
untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
Tabel
VI. Kategori Tingkat Kesukaran
Batasan
|
Kategori
|
0,00 < P ≤ 0,30
|
Soal
sukar
|
0,30
< P ≤ 0,70
|
Soal
sedang
|
0,70
< P ≤ 1,00
|
Soal
mudah
|
b).
Reliabilitas
Rehabilitas
disebut keterandalan atau kemantapan suatu instrumen yakni sejauh mana instrumen menghasilkan
skor-skor hasil penelitian yang stabil dan konsisten, ( Panta buntu :37) suatu
tes dapat memiliki tarap realibilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang ejek atau tetap tidak selalu sama, tetapi selalu
mengikuti perubahan secara ejek. Realibilitas ini dihitung menggunakan rumus Kuder Richardson (KR 20) adapun rumusnya adalah :
(Arikunto,
2008 : 100)
Keterangan
:
=realibilitas tes secara keseluruhan
P =Proporsi
subjek yang menjawab dengan benar
q =Proporsi
subjek yang menjawab dengan salah (q =1 –p )
=Jumlah hasil perkalian antara p dan q
N =Banyaknya
item
S =Standar
deviasi dari tes ( standar deviasi
adalah akar dari varian )
Interprestasi derajat
reliabilitassuatu tes menurut Arikunto (2008:75) adalah sebagai berikut:
Tabel VII. Kategori Reliabilitas Butir
Soal
a
Batasan
|
Kategori
|
0,80 < ≤ 100
|
Sangat Tinggi (sangat baik
|
0,60
< ≤
0,80
|
Tinggi (baik)
|
0,40
< ≤
0,60
|
Cukup (sedang)
|
0,20
< ≤
0,40
|
Rendah (kurang)
|
0,20
|
Sangat rendah (sangat rendah)
|
Tehnik
Analisis Data
1.Tehnik analisis uji kesamaan pada hipotesis
1,2 dan antara siswa pada kelas eksperimen
dengan siswa pada kelas kontrol. Dalam penelitian ini hipotesis dianalisis
dengan menggunakan statistik uji perbedaan dengan menggunakan uji- t rumus uji
t yang digunakan adalah :
(Sudjana,
1989 : 239)
Keterangan
:
=rata-rata nilai kelompok eksperimen
=rata-rata nilai
kelompok kontrol
=responden kelas
eksperimen
=responden kelas
kontrol
S =simpangan
baku
2.Untuk
melihat hipotesa 4, atau interaksi atara pendekatan pembelajaran dan motivasi terhadap hasil belajar digunakan
Anava.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar